Proses Blow Molding
Pembentukan produk pada proses blow molding dilakukan oleh tekanan yang ditiupkan dari peniup yang biasa disebut blowpin, dengan tekanan udara antara 5-8 bar.
Langkah langkah proses blow molding adalah bagian dari mesin dimana bahan baku (thermo plastic) yang semula berbentuk granule dirubah menjadi selongsong atau parison. Extruder pos 2 diputar terus menerus oleh motor penggerak pos 3 setelah melewati transmisi pos 4. Karena putaran extruder, granule dalam hoper pos 1 turun kebawah, masuk kedalam barrel dan didorong kekiri oleh putaran extruder. Pada sepanjang dinding barrel dipasang beberapa pemanas pos, dimana suhu dinding barrel diatur makin kearah muka (kekiri) makin tinggi hingga mencapai suhu melting dari plastik. Plastik yang sudah melt terdorong mengalir kedalam die head pos 6. Pada ujung die head terdapat pin pos 7 dan Die pos 8, dimana plastik leleh mengalir melalui celah antara pin dan die. Karena celah antara pin dan die berpenampang cincin, maka setelah material melewati celah ini akan berbentuk selongsong pos 9, yang mengalir terus menerus sesuai putaran extruder.
Kecepatan putaran oxtruder dapat diatur, demikian pula besar kecilnya dan die dapat diganti-ganti sampai batas tertentu.
Hal ini untuk menyesuaikan besar kecilntya produk yang akan dimolding, dan panjang pendeknya eyele time. Besar kecilnya dan panjang pendeknya extruder dan barrel, menentukan debit parit yang dihasilkan dalam setiap jamnya, yang untuk setiap mesin tidak sama tergantung pada kelas mesinnya.
Besarnya space atau volume ruangan mulai dari daerah dibawah hoper, dipertengahan panjang extruder, ujung extruder, didalam die head, hingga akhirnya pada ujung pin & die, volume ruangannya makin mengecil. Dengan volume ruang yang makin mengecil ini, material plastik didalam barrel hingga diujung die head mengalami kompresi atau pemampatan yang makin tinggi. Oleh karena itu, begitu ......material keluar dari ujung pin dan die dimana telah bebas dari pemampatan, parison akan membengkak. Besarnya nilai pembengkakan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat kompresi yang dialami. Selanjutnya nilai pembengkakan ini disebut swelling faktor dan diberi kode v.
Untuk jenis material yang sulit “temu“ atau sulit welding seperti NylonPE, dan PP, memerlukan tingkat kompresi yang tingi, sehingga swelling faktor akan besar. Sebaliknya, untuk jenis material yang bersifat mudah temu seperti PVC dan PC memerlukan tingkat kompresi yang rendah sehingga sehingga swelling faktornya pun kecil. Kedua macam sifat ini harus diketahui oleh designer untuk dapat menghitung ukuran pin dan die, lebar sisi pemotongan dan lain-lain, pada saat merencanakan meblow mold dan toolingnya.
Kompresi akan menaikkan suhu, semakin tinggi tingkat kompresi makin tinggi pula kenaikan suhunya. Material seperti PVC mempunyai sifat mudah temu, tetapi sangat sensitive terhadap suhu, yaitu mudah terbakar. Sebaliknya, material seperti PE dan lain-lain sulit temu, tetapi lebih tahan terhadap suhu. Oleh karena itu tipe extrudor, die head, dan dimensi dari pin dan die harus disesuaikan pada waktu memproses jenis material PVC maupun PE dan lain-lain, sesuai dengan tingkat kompresi yang diperlukan.
(bid/berbagai sumber)
untuk lebih lengkap dan update tentang solidwork simple tutorial silahkan kunjungi :
www.solidworksimpletutorial.blogspot.com